Meskipun millennials di setiap negara berbeda, tetapi dampak era globalisasi serta maraknya penggunaan sosial media, disertai masuknya kultur dunia Barat, didorong lajunya perubahan, millennials diseluruh dunia memiliki kesamaan yang lebih banyak dibanding dengan generasi-generasi sebelumnya.
Millennials atau Generasi Y (Gen Y) adalah istilah generasi yang diberikan kepada mereka yang lahir antara tahun 1980 – 2000. Mereka adalah generasi yang dilahirkan pada saat komputer, gawai (gadget), telpon pintar, dan sosial media telah menjadi bagian dan gaya hidup.
Meskipun millennials di setiap negara berbeda, tetapi dampak era globalisasi serta maraknya penggunaan sosial media, disertai masuknya kultur dunia Barat, didorong lajunya perubahan, millennials diseluruh dunia memiliki kesamaan yang lebih banyak dibanding dengan generasi-generasi sebelumnya.
Salah satu kesamaan millennials adalah interaksi dan konektivitas satu dengan yang lain. Dalam kenyataannya memang demikian dan banyak contoh yang dapat kita lihat serta alami dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat mereka berkumpul, bukannya mereka saling mengobrol satu sama lain namun justru lebih sibuk dan asyik dengan gawai masing-masing. Ibaratnya seperti menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
Banyak orang tua anak-anak millennials menjadi bingung dan frustasi. Ketergantungan teknologi telah menjadi gaya hidup anak-anak millennials dan dampaknya adalah perubahan dalam perilaku serta adanya pergeseran norma umum. Memang benar bahwa ada perbedaan dalam membesarkan anak dari generasi ke generasi, namun perbedaan yang dipicu oleh teknologi kali ini sangat drastis, dan sangat berbeda dengan norma-norma yang pernah mereka kenal dan terapkan sebelumnya.
Ketidaktahuan inilah menimbulkan keresahan dan ketakutan dalam diri para orang tua, terutama mereka yang gagap teknologi (gaptek). Mereka tidak terbiasa melihat gaya hidup millennials yang tidak pernah lepas dari Internet. Karena ketakutan inilah maka lahir dan tumbuh banyak asumsi NEGATIF serta kesalahpahaman bahwa Internet adalah sesuatu yang BURUK, perlu dibatasi secara ketat dan malah ada yang melarang sama sekali.
Mari kita simak beberapa TIP SEDERHANA bagi para orang tua dalam membimbing anak-anak millennials dan bagaimana menghadapi dunia baru yang disebut dunia digital ini.
(1.) GUNAKAN PEDOMAN PIRAMIDA TERBALIK
Sesuaikan gawai (gadget) dengan usia anak. Orang tua harus menyadari bahwa game (online/offline) atau mainan tidak semuanya NEGATIF. Masih ingat orang tua kita membelikan mainan? Apa tujuannya? Tidak lain adalah untuk menstimulasi kreativitas dan daya imaginasi kita. Sekarang dunia telah menjadi digital, mainan yang biasa kita pegang dan mainkan kini berubah menjadi layar tablet atau posel pintar, tetapi prinsipnya tetap sama.
(2.) BELAJAR & TINGKATKAN KETRAMPLIAN
Sebagai orang tua, apakah sampai saat ini Anda masih berlangganan koran atau majalah (tidak mengikuti berita online)? Apakah Anda masih menggunakan ponsel jadul (jaman dulu) yang hanya mampu mengirim SMS dan telpon saja. Bila ya, kini saatnya untuk mulai berubah dan itu HARUS dilakukan.
The illiterate of the future will not be the person who cannot read. It will be the person who does not know how to learn. Alvin Toffler
Dunia telah berubah, dan Anda juga harus menyesuaikan diri. Pada abad 20 definisi buta huruf (buta aksara) adalah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis. Definisi yang sama pada abad ke 21 adalah GAPTEK (gagap teknologi). Bila Anda tidak bisa menggunakan Internet, ponsel pintar, bersosial media, tidak tahu apa itu WA (WhatsApp), maka Anda akan terkucil dan akan ditinggal, oleh teman dan anak.
Bagaimana orang tua yang gaptek mampu untuk mengerti, mengawasi, apalagi mendampingi dan membimbing anak-anak mereka yang selalu terhubung dengan Internet bila mereka sendiri tidak mengerti apa itu Internet? Apakah itu salah sang anak?
(3.) BATASI FUNGSI & PENGGUNAANNYA
Ada ratusan jenis gawai yang ditawarkan di pasaran, dari ponsel, tablet sampai komputer. Pada dasarnya mereka dapat dikelompokkan berdasarkan harga dan fitur. Semakin canggih fiturnya, semakin mahal harganya. Selain gawai kita juga membutuhkan “saluran” Internet yang biasanya ditawarkan oleh operator selluler, dari paket hemat sampai paket unlimited.
Nah, disinilah peran para orang tua dalam membatasi dan mereka memiliki beberapa opsi. Apakah sang anak akan dibelikan ponsel baru atau diberi ponsel bekas orang tuanya? Apabila dibelikan yang baru, model yang mana? Lalu bagaimana dengan pulsa bulanannya? Apakah akan dibelikan yang unlimited sehingga sang anak dapat bermain game tanpa mengenal batas pulsa dan waktu, atau paket hemat yang memiliki quota? Keputusan Anda!
Apabila timbul kekhawatiran dari para orang tua mengenai situs-situs yang dikunjungi oleh anaknya, banyak sekali cara untuk membatasi dan memantaunya. Salah satu cara termudah adalah dengan meletakkan komputer di area keluarga, bukan di kamar. Selain itu orang tua juga dapat memanfaatkan layanan gratis online yang dapat membantu mereka dalam memantau dan mengirim laporan mengenai kegiatan online anak-anak mereka. Banyak caranya tetapi membutuhkan pengetahuan dan kemauan para orang tua untuk belajar sesuatu yang baru.
(4.) MENJADI TELADAN & TANAMKAN NILAI-NILAI YANG BENAR
Orang tua adalah panutan (role-model) dan menjadi teladan bagi anak-anak mereka. Bagaimana sebagai orang tua dapat mengajarkan anak-anaknya untuk tidak menggunakan ponsel pada waktu makan bersama keluarga apabila sang orang tua juga melakukan hal yang sama?
Jangan menerima atau melakukan panggilan, dan jangan mengirim atau membaca pesan pada saat mengemudi, namun sang anak melihat sendiri orang tua mereka melakukan hal yang sama pada saat mereka diantar ke sekolah. Apakah orang tua telah menjadi panutan dan teladan yang benar bagi anak-anak mereka?
(5.) MENDORONG AKTIVITAS LUAR RUMAH
Bila orang tua khawatir melihat kegiatan anak-anak mereka yang selalu terhubung dengan gawai dan tidak pernah putus dari Internet, cobalah untuk balik bertanya kepada diri sendiri; apakah kita sebagai orang tua sudah mencoba untuk memberi opsi atau solusi lain seperti mengajak anak-anak melakukan aktivitas di luar rumah? Apakah kita sudah mencoba untuk mendorong dan melibatkan anak-anak dengan aktivitas seperti membaca buku, berkemah, melukis, memancing, renang, bersepeda, atau olah raga lain yang dilakukan di luar rumah. Selain hanya melarang atau membatasi penggunaan gawai, orang tua juga harus dapat memberi solusi dan alternatif sehat lainnya.
(6.) BATASAN UMUR DALAM SOSIAL MEDIA
Apakah para orang tua menyadari bahwa untuk dapat berpartisipasi dalam sosial media, anak-anak harus sudah cukup umur terlebih dahulu untuk dapat mendaftar online. Beberapa situs sosial media populer seperti Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest dan Google+ memiliki ketentuan batasan umur yaitu 13 tahun untuk dapat mendaftar. Apakah anak-anak Anda sudah cukup umur untuk mendaftar?
Bila anak-anak telah cukup umur, tidak ada salahnya bagi orang tua untuk juga terlibat dalam menggunakan sosial media. Jadilah teman atau follower anak-anak Anda. Dengan demikian orang tua juga selalu dapat MEMANTAU kegiatan online anak-anak mereka. Mereka akan melihat apa yang mereka bicarakan (status update), siapa teman-teman maya mereka, game online apa yang mereka mainkan bersama, topik-topik online apa saja yang menarik dan menjadi perhatian mereka. Semua itu membutuhkan keterlibatan para orang tua.
PENUTUP
Bagaimanapun juga peran sebagai orang tua masih tetap dibutuhkan. Orang tua memiliki kewajiban untuk membimbing, mengajarkan, dan menanamkan NILAI-NILAI positif yang benar kepada anak-anak mereka, dan untuk itu mereka dituntut untuk terlibat secara langsung dengan terjun ke dalam dunia anak-anak. Luangkan waktu untuk belajar dan yang terpenting adalah dampingi anak-anak kita. Internet hanyalah sebuah media (enabler), namun etika, ramah tamah dan sopan santun dalam berinteraksi baik melalui internet maupun tatap muka secara langsung harus tetap diajarkan oleh para orang tua.
Bila Anda tertarik untuk berdiskusi lebih lanjut tinggalkan komentar Anda agar para pembaca dapat saling berbagi pengalaman.
Referensi:
Common Sense Media
Millennials: The Me Me Me Generation
What advice do you give for parents of teens from the Millennial generation?
5 Ways Millennials Are Changing Parenting Forever
How I Practice Un-Digital Parenting
Minimum Age Requirements: Twitter, Facebook, Instagram, Snapchat, WhatsApp, Secret [INFOGRAPHIC]
Kids spend 6.5 hours a day in front of a TV, gaming console, smartphone, computer, tablet
S P Dewi says
Saya tdk melarang anak sy pegang gadget tp saya mau,si anak bisa membagi waktu,antara gadget,sekolah n lingkungan nya.jangan karena gadget,lupa semua nya.kalaupun yg d lihat pengetahuan,tdk masalah,tapi yg d lihat game melulu,5gb busa hbs 7 hari,kan kelewatan . . . Rela tdk jajan utk beli paket data . . . Karena pemakaian yg tdk wajar,saya tdk mau mbelikan paket data nya,maksud nya utk mbuat efek jera,tapi kenyataan nya,. . .
King Tirto says
Halo ibu S P Dewi, ketemu lagi ditopik yang sama dan terima kasih telah berbagi TIP yang ibu terapkan. Saya yakin, sebagian besar malah hampir semua pembaca yang memiliki anak juga memiliki masalah yang sama.
Kewajiban kita sebagai orang tua tidak lepas dari memberi teladan dan pengertian, mengayomi, mengarahkan, mengajar, mendorong dan membimbing anak-anak kita. Kewajiban orang tua juga mencakup pemberian batasan-batasan kapan dan berapa lama menonton TV, beraktifitas di luar, bermain game, dan lain sebagainya.
Setiap rumah tangga dan anak memiliki keunikan masing-masing, berbeda satu dengan yang lain. Apa yang dapat diterapkan disatu keluarga atau anak belum tentu efektif di keluarga lain. Kita harus pantang menyerah dan senantiasa mencoba mencari cara-cara baru. Untuk itu kita harus lebih dekat dan mengenal sifat anak-anak kita terlebih dahulu.
Terima kasih telah berbagi dan mudah-mudahan para pembaca lainnya sudi meninggalkan komentar dan berbagi pengalaman mereka dalam membesarkan anak-anak digital di rumah tangga masing-masing. Salam. 🙂
Spdewi says
Anak saya punya 2 hp,jadul yg khusus u memanggil n d panggil,dan hp yg bisa ” macam2″.sekarang kls 1 smk jur animasi,jd hp n lptop adlah benda yg tdk bisa d pisahkn dari keseharian nya.saya trmasuk gaptek,tp sy pelan2 mulai bljar utk tdk gaptek lagi.setiap malam,sy cek hp anak,mau tau apa n siapa tman ny n apa yg d lihat ny.bagsimana cara nya agsr qt tau apa saja yg d krjakan anak dg gadget nya? Seprto yg vari saya baca d artikel sbelumnya.tksh.
King Tirto says
Terima kasih telah berbagi pengalaman bu Spdewi. Saya melihat kalau ibu telah menyadari pentingnya Internet dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan adanya Internet semuanya sekarang menjadi lebih mudah, effisien dan ekonomis. Banyak sekali jurusan-jurusan baru dalam dunia kerja yang tidak ada pada abad sebelumnya, contoh salah satunya adalah animasi seperti yang ibu sebutkan. Namun ibaratanya pisau bermata dua, segala sesuatu ada 2 sisi, sisi positif dan negatif.
Ibu juga telah menunjukkan kepedulian serta kasih sayang terhadap anaknya yang terlihat dari adanya kemauan untuk belajar dunia digital baru. Saya banyak sekali menemui dan berdiskusi dengan orang tua gaptek. Sebagian besar menyerah bahkan sebelum mencoba. Bagi saya, kata belajar tidak mengenal umur.
Ibu juga memantau teman serta kegiatan online anaknya. Semua ini sudah dijalur yang benar! Tetapi kita juga harus menyadari bahwa orang tua tidak bisa memantau anaknya terus menerus 24 jam/hari. Untuk melengkapi, kita masih tetap membutuhkan penggunaan software atau aplikasi online yang fungsinya sebagai “parental control” untuk semua kegiatan anak pada saat mereka online.
Terima kasih lagi telah menyempatkan diri untuk mampir dan berbagi pengalaman. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca lainnya. Salam. 🙂